Dewa Putu Adhi Sutrisna atau Ustadz Dewa. (Instagram @dewaputuadhi) |
Tak heran, jika pengalaman
ustadz Dewa saat berdakwah dan memualafkan non Muslim menarik perhatian Refly
Harun, hingga mengundang Ustadz ini ke Podcast untuk kedua kalinya pada Senin
20 September 2021.
"Kita tidak
bahas ‘semua agama itu benar' atau kasus tutup kuping, saya ingin mendengar
pengalaman anda mengislamkan, konon sampai ribuan orang," tanya Refly
Harun dalam podcast tersebut.
Ustadz Dewa kemudian
menjawab dengan beberapa cerita dari pengalamannya berdakwah di Bali, NTT dan
daerah timur Indonesia lainnya, di mana agama Islam adalah minoritas.
"Iya mungkin
karena satu kampung jadi banyak. Dakwah utama kami bertempat di Bali, NTT,
Sulawesi dan daerah Indonesia Timur lain yang mayoritas non Muslim.
Jadi saat berdakwah
di daerah tersebut, ternyata yang datang tidak hanya Muslim, tapi juga banyak
non Muslim yang ternyata tertarik," jawab Ustadz Dewa.
Pengalaman di
daerah NTT dan Bali
Dilansir sukabumiNews.net, dari Jurnalgarut.com, Dewa Putu Adhi
Sutrisna atau Ustadz Dewa bercerita terang pengalamannya saat ia berkunjung ke
Universitas Muhammadiyah Kupang.
Ketika hendak
melakukan ibadah Sholat Jumat, Ustadz Dewa melihat sekelompok pemuda yang
tampak bersantai, tidak bergegas untuk segera ke Mesjid.
Padahal kata dia, mereka
mengenakan pakaian Muslim dan terlihat juga bahwa wanita yang ada di kelompok
itu memakai hijab.
Ustadz Dewa bertanya
kepada Dosen di kampus tersebut. Ternyata kelompok pemuda tersebut bukan
Muslim, hanya saja ada ketertarikan untuk belajar agama lain.
"Apakah mereka
dipaksa untuk memakai kerudung atau pakaian muslim, dosennya bilang tidak, itu
atas kemauan sendiri saja," tutur Dewa.
Sang ustadz lalu
mengatakan bahwa di daerah seperti itu dirinya banyak menemukan orang yang tertarik
untuk belajar agama Islam.
Pada satu kesempatan
bahkan ada sampai 200 orang yang akhirnya jadi mualaf di satu kampung daerah
Kupang, Nusa Tenggara Timur.
"Di salah satu
kampung di Bali awalnya hanya 16 orang yang memeluk agama Islam. Namun terus
berkembang, hingga tiga tahun belakangan ini sudah lebih dari 400," kata
Dewa menceritakan pengalaman dakwah di Bali.
Ta'lim, Dakwah
dan Metodenya
Pada kesempatan
Podcast dengan Refly Harun, ustadz Dewa juga menerangkan perihal perbedaan
dakwah dengan ta'lim serta metode yang digunakan.
Ta'lim berarti
mengajar, menurut Dewa untuk guru atau Ustadz yang berta'lim, mereka harus
menempuh pendidikan tinggi bahkan sampai ke jazirah Arab.
"Ta'lim ini mengajarkan hukum Islam, fiqih,
tafsir Alquran dan Hadits," ujar ustadz bertato itu.
Menurutnya, dakwah
artinya mengajak orang yang belum mengenal Islam untuk tabayyun sampai akhirnya
paham ajaran yang dianut seorang muslim.
Ia juga mengajak
orang yang sudah bergama Islam, namun masih belum melakukan ibadah yang diwajibkan.
"Nah kalo abang
bertanya, kok bisa mensyahadatkan banyak orang. Sebenarnya metode dakwah mudah
dan sudah diajarkan Rasulullah SAW," tutur Dewa.
Dewa menyampaikan
bahwa Islam disebarkan dengan adab dan akhlak, bukan dengan perdebatan, saling
hujat apalagi menghina agama lain.
Menurutnya, adab dan
akhlak yang ditunjukan seorang pendakwah yang mengajak orang untuk mempelajari
ajaran Islam sangat penting.
Post a Comment