BIOGRAFI TOKOH
Hasan al Banna (5)
Hasan al Banna sudah
menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas
anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an. Sang ayah
terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan
kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya
untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan
orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk
mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan
Al-Qur'an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan
al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14
tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus
dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di
seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan
tinggi Darul Ulum.
Biografi dan Profil
Hasan Al Banna. Demikianlah sederet prestasi Hasan
kecil. Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership
yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk
menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di
jenjang pendidikan i'dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan
masalah secara dewasa, kisahnya begini: Suatu siang, usai belajar di sekolah,
sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara
mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang.
Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun
tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap
masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan
jatah air wudhu. Sebagian besar
murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara
sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al Banna
lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan
satu ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru
Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki
keridhaan-Nya."(Q. S. Al-An'aam: 52).
Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id,
imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati
sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap
"rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para murid pun
sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat
di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk
membeli tikar mushalla!Pada usia 21 tahun, beliau menamat - kan studinya di
Darul 'Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat
prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah
sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan
Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami
keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah
mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal
Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan
ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu
di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh)
terhadap ajaran (Bersambung)
Post a Comment