Ketika kita melihat orang yang sedang sakaratul maut, sering
kali kita mendapati orang tersebut menatap ke atas. Ada apakah?
Bila orang beriman meninggal, para malaikat turun dari
langit kepadanya. Para malaikat yang datang kepadanya berpakaian putih. Cerah,
membawa kain kafan dan membawa minyak wangi dari surga. Lantas para malaikat
itu duduk di sekitar orang mukmin yang akan meninggal.
Para malaikat duduk mengelilingi orang beriman tadi sejauh
mata memandang.
Maka, perhatikan orang yang akan meninggal dunia, apabila
dalam keadaan sakit dia tidak melihat ke kanan, atau ke kiri apalagi ke bawah.
Tapi dia menatap ke atas, ke depan. Karena pada dasarnya malaikat itu hadir.
Ada.
Ketika kita sedang mengkondisikan orang yang sedang
sakaratul maut, orang lain yang sedang nangis entah pihak keluarga atau kerabat
diminta untuk pergi menjauhi si sakaratul maut tadi. Jangan mengganggu orang
yang sakaratul maut. Orang yang terlalu sedih jangan ngomong tentang kesedihan
kecuali tentang kebaikan. “Duh ibu ini susah meninggalnya,” misalnya seperti
itu. Ini tidak diperbolehkan.
Rasulullah Saw pernah berkata jangan bicara kecuali yang
baik. Para malaikat itu mengaminkan apa yang kalian katakan.
Orang yang sakaratul maut sudah tidak ingin apa-apa. “Pak
ini ada uang segepok.”
Si sakaratul maut itu tidak akan gubris.
“Pak baju ini buat bapak.”
Si sakaratul maut tadi tidak melihat.
Benarlah itu tanda sakaratul maut karena dunia itu rasanya
sudah hambar. Maka yang kita lakukan adalah tenangkan, talkin. Ia melihat
peristiwa besar, jangan paksakan untuk memahami kita. “Ajarilah orang
(menjelang/sesudah) wafat di antara kamu dengan kalimat “لاَ Ø¥ِÙ„ٰÙ‡َ Ø¥ِلاَّ
اللهُ” (tidak ada tuhan
kecuali Allah)”. (HR. Muslim).
Talkin di telinga si sakaratul maut di telinga sebelah
kanan. Dengan lembut, tidak usah buru-buru. Berikan jeda waktu agar dia
mencerna kalimat thayyibah yang kita sampaikan. Jika dia sudah mengucapkan
Lailaha illallah, sudah, jangan diajak bicara lagi.
Jika setelah itu si sakaratul maut tadi mengucapkan sesuatu,
seperti “Air, haus, mau minum,” talkin kembali sehingga ia mengucapkan kalimat
Lailaha illallah sampai itu menjadi kalimat terakhirnya. Mohon kepada Allah
agar dicabut nyawa dalam keadaan baik.
***
Kembali, setelah para malaikat duduk mengelilingi sang
mukmin sepanjang mata memandang. Lalu, datanglah Malaikat Maut duduk tak jauh
dari kepala sanga mukmin. Malaikat Maut bertutur, “Wahai jiwa yang tenang,
keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”
Lalu, keluarlah jiwa sang mukmin dari jasadnya layaknya
keluarnya tetesan air dari bibir tempat air.
Lalu Malaikat Maut mengambilnya. Bila Malaikat Maut sudah
mengambil ruhnya maka malaikat lainnya tak biarkan ruh itu berada di tangan
Malaikat Maut sekejap mata pun hingga mereka mengambilnya. Mereka meletakkannya
ke kafan beserta wewangian dari surga tadi. Ruh itu keluar dengan aroma yang
wangi. Mereka membawanya naik ke atas. Setiap kali mereka melewati para
malaikat, mereka ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”
Malaikat-malaikat yang membawa ruh itu mengatakan, “Ini ruh
Fulan bin Fulan,” untuk menyebut panggilan terbaiknya ketika di dunia.
Hingga para malaikat sampai ke langit. Mereka memohon agar
pintu langit dibuka, maka dibukakanlah bagi mereka lalu diiringi oleh para
malaikat dari seluruh penjuru langit hingga ke langit selanjutnya, hingga
akhirnya ke langit yang ketujuh.
Lalu Allah Swt. berfirman, “Tulislah catatan amal hambaKu di
‘Illiyyin, serta kembalikan ia ke bumi; karena sesungguhnya Aku menciptakan
mereka (manusia) dari bumi (tanah), kepadanya juga akan Kukembalikan, dan dari
sana akan Kukeluarkan mereka pada waktu yang lain.”
Semoga kita semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
[Paramuda/BersamaDakwah]
Post a Comment