BIOGRAFI TOKOH



BIOGRAFI TOKOH
Hasan Al-Banna (11)

Syaikh Abdurrahman Al Banna, kakek Hasan Al Banna adalah seorang pembesar sekaligus konglomerat desa Syamsyirah. Dia memiliki dua anak laki – laki, Ahmad dan Muhammad. Ahmad menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu di Al Azhar, sedangkan Muhammad bekerja di desa.
Ketika Abdurrahman Al Banna meninggal, keduanya berselisih tentang warisan. Ahmad mengalah dan meninggalkan desa untuk menetap di Mahmudiyah.

Syaikh Ahmad (ayah Hasan Al Banna) bekerja sehari–hari sebagai tukang reparasi jam dan sisa waktunya dimanfaatkan untuk mengajar fiqih, tauhid, serta hafalan Al Qur‟an berikut tajwid. Ia memiliki perpustakaan yang 1 Farid Nu‟man, Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, (Depok: Pustaka Nauka, 2004), hlm. 137. Rumahnya dipenuhi beragam buku ilmu–ilmu Islam. Ketika penduduk Mahmudiyah membangun masjid, mereka meminta agar syaikh Ahmad mengawali khutbah jum‟at di masjid tersebut.Saat itu penduduk Mahmudiyah sangat kagum dengan keilmuan dan retorika bicaranya, sehingga ia diminta menjadi khatib dan imam masjid setempat. Ia membagi waktu antara
mengajar dan memperbaiki jam. Syaikh Ahmad mengajar fiqih empat madzhab dan kitab – kitab sunan. Ia mengajar kitab Al Muwatha’ Imam Malik, Musnad Imam Syafi‟i, serta menyusun beberapa buku, antara lain Bada’i’u al Minan fi jam’i wa tartib Musnad al Syafi’i wa al sunan, sekaligus memberi tahqiq dan syarahnya. Ia juga menyusun satu juz di antara kitab empat Imam Musnad, juga menyusun Musnad Imam Ahmad dengan judul Fath al Rabbany fi Tartib Musnad al Imam Ahmad alSyaibany. Syaikh Ahmad menikah dengan seorang wanita dari keluarga Abu Qaura dan dikaruniai lima anak laki – laki dan dua anak perempuan, Hasan Al Banna merupakan anak sulung.2 Hasan Al Banna lahir dari keluarga yang cukup terhormat dan dibesarkan dalam suasana keluarga Islam yang
taat. Sebagai seorang ayah, Syeikh Ahmad mencita – citakan 2 Abbas Assisi, Biografi Dakwah Hasan Al Banna, terj. Nandang Burhanudin, (Bandung: Harokatuna Publishing, 2006), hlm. 382-383.\ Pputranya (Hasan) sebagai mujahid (pejuang) disamping seorang mujaddid (pembaharu).3 Syaikh Ahmad memperhatikan dengan sungguh–sungguh perkembangan dan pertumbuhan Al Banna. Sejak kecil, ia menuntun Al Banna menghafal Al Qur‟an dan mengajarkannya ilmu – ilmu agama: sirah nabawiyyah, ushul fiqh, hadits, dan gramatika bahasa Arab. Syaikh Ahmad memotivasi Al Banna untuk gemar membaca dan menelaah buku – buku yang ada di perpustakaan yang ia miliki yang sebagian besar isinya merupakan referensi utama khazanah keislaman. Perhatian Syaikh Ahmad terhadap pertumbuhan Al Banna tidak terbatas pada cara ia memperoleh pengetahuan ilmiah dan wawasan teoritis, bahkan ia juga mengajarkan ilmu dan amal sekaligus sehingga Al Banna dapat berkomitmen dengan perilaku dan akhlak islami dan kepribadiannya pun tersibghah dengan nilai – nilai agama.4 Abdurrahman Al Banna, adik kandung Al banna pun pernah bercerita tentangnya, Ketika itu Hasan berusia 9 tahun dan aku 7 tahun. Kami selalu bersama – sama pergi ke maktab (perpustakaan) untuk menghafal Al Qur‟an dan menulis di papan. Ia sudah hafal dua pertiga Al Qur‟an, sedangkan aku baru sepertiga, dari surat al 3 Richard Paul Mitchell, Masyarakat Al Ikhwanul Muslimun: Gerakan Da’wah Ikhwan di Mata Cendekiawan Barat, terj. Safrudin Edi Wibowo, hlm. 4. 4 Zabir Rizq, Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang
Mengabadi, terj. (Bersambung )


Post a Comment

Previous Post Next Post