Imam asy-Syaukani Rahimahullah
ketika membantah sejumlah pandangan ahli bid'ah, berkata, "Apabila Allah
telah menyempurnakan AgamaNya sebelum Dia mewafatkan NabiNya Shallallahu
‘alaihi wasallam, maka apa artinya bid'ah yang dibuat-buat oleh orang-orang
yang menganutnya setelah Allah menyempurnakan AgamaNya? Bila dalam keyakinan
mereka, bid'ah (yang mereka buat-buat itu) adalah bagian dari Agama, maka Agama
ini belum sempurna berdasarkan pandangan mereka tersebut. Dan dalam pandangan
ini terkandung penolakan terhadap al-Qur`an. Bila bid'ah tersebut bukan bagian
dari Agama, maka apa faidahnya menyibukkan diri dengan ajaran yang bukan dari
Agama?"
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.
"Sesungguhnya tidaklah
seorang nabi (diutus) sebelumku, kecuali dia memikul tanggungjawab untuk
menunjukkan umatnya segala kebaikan yang diketahuinya, dan memperingatkan
mereka dari keburukan yang diketahuinya." (Diriwayatkan oleh
Muslim). >>
Apa yang dikatakan
asy-Syaukani ini adalah argumen yang tepat dan hebat, yang tak akan bisa
dibantah oleh mereka yang mendewakan dan menjadikan akal sebagai tolak ukur.
Maka surat al-Ma`idah ayat 3 ini adalah bantahan pertama bagi setiap orang yang
mengatakan, bid'ah itu ada yang baik.
Saudaraku,
Kedua: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memikul
kewajiban menyampaikan risalah Islam secara total, tidak boleh kurang. Allah Ta’ala
berfirman,
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan kami
turunkan kepadamu al-Qur`an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka." (An-Nahl: 44).
Dan Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam telah melaksanakan kewajiban itu dengan sebenar-benarnya,
karena kalau tidak, maka itu artinya beliau belum menyampaikan risalah
sebagaimana semestinya. Dan ini tidak mungkin, dari segi akal maupun syariat.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah diwafatkan Allah dengan
berpayung ridha Allah, kecuali karena Agama ini telah beliau sampaikan dengan
sempurna, tidak ada lagi yang masih kurang.
Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam telah mengisyaratkan tugas penting ini dalam sabda beliau,
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.
Post a Comment