Kunjungan ini dilaksanakan
sesuia rencana semula. Untuk memonitor kualitas hasil kerja para aktivis da’i
dalam rangka menyampaikan pembelajaran “Baca Al-Qur’an” kepada ibu-ibu di beberapa
Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul.
Kunjungan menyertakan 4 orang pelaksana agar dapat mendapatkan hasil
pemantauan yang maksimal. Pemantauan itu merupakan ceck and receck dari laporan
mereka. Laporan tertulis merupakan hasil kerja langsung di lapangan atas
keterangan dari aktivis da’i tersebut. Monitoring ke lapangan ini sudah
dilakukan dua kali selama enam bulan (satu semester), Yaitu : 23-29 Desember 2015 dan 28 Mei- 05 Juni 2015.
Pelaksana
Lapangan: Erna Garnasih
Nani
Sucirahayu
Pada kunjungan
kali ini dibentuk team yang terdiri dari
dua orang,ditambah dua orangrelawan maksudnya agar hasil kerja da’i di lapangan
disaksikan juga oleh dua orang saksi dari relawan dakwah untuk membantu
publikasi dalam rangka menarik minat saudara-saudara yang lain untuk bergabung
dalam “Gerakan Dakwah”. (Penggalangan Dana) . Nama peserta pengamat itu :
Sdr.Agus dan Sdr.Budhi Setiadharma. Karena dana operasional pengawasan lapangan
juga diperoleh dari simpatisan pembaca ”blogg” yang turut berinfak untuk keperluan
itu.
Hasil di Lapangan
:
Seperti yang
telah di WA kan kepada Bp.Burhan sebelumnya , ditambah hasil terakhir mengenai
temuan-temuan dan kualitas hasil pembelajaran baca Al-Q pada ibu-ibu.
Jumlah lokasi
yang dilaporkan oleh Ketua Perkumpulan Dai Gk, banyak, sesuia nama-nama desa yang dilaporkan kepada
kami. Adapun dalam waktu singkat ( 5 hari kerja) itu yang dapat kami lakukan,
dengan hasil sbb:
1.
Pada hari Selasa
tanggal 02 Juni kami mengumpulkan isteri-isteri dari Da,i tersebut untuk
ditugasi mengkader pengajian /belajar baca Al-Q. Yang hadir ada 12 orang
ibu-ibu muda yang sudah mampu baca lebih baik dari yang lainnya(namun masih
dibawah standar yang diharapkan), berpendidikan minimal SMA, tetapi ada juga
yang sedang menyelesaikan program S1. Pendidikan di UT..
2.
Pengajian ibu-ibu di
dusun Manukan, desa Jepitu Kecamatan Girisubo, Pengajarnya bernama : Sukirno,
usia 49 th, Pendidikan S1 Ilmu Pemerintahan. Murid-muridnya yang dapat
dihadirkan pada hari Selasa tg 2 Juni 2015, jam 20.00 WIB, sejumlah 20 orang .
Dilakukan tes wawancara dan kemampuan baca serta bacaan solat. Hasil : 75 % , kemampuan /kepandaian masih dibawah harapan
, artinya : - Bacaan solat BELUM
BERLAFAL DENGAN BENAR
-
KEMAMPUAN BACA Al-Quran
: usia diatas 40 tahunpun masih mengeja
di IQRO dua.
Kesimpulan dengan hasil itu, harus dilakukan SELEKSI UNTUK PENGKADERAN PENGAJAR
AL-Q untuk ibu-ibu. Ada 4 orang ibu-ibu muda yang ditunjuk untuk mendapat
amanah mengajar ibu-ibu lainnya dengan teratur dan terjadwal dengan harapan ada
hasil yang signifikan apabila dilakukan sidak lapangan lagi ( 6 bulan kedepan).Untuk
solusi masalah ini, - Pembelajaran Al-Q untuk ibu-ibu, dialih tugaskan kepada :
Sdr.Mukriyati, dengan pertimbangan : selama 6 bulan terakhir, dia membina TPA
di dua tempat (tanpa di danai untuk operasional), dan dia kompeten untuk
mengajar ibu-ibu dengan sikap tanggung jawab, terarah dan amanah. Jadi akan
difikirkan untuk pemberian dana operasional (tetap) untuk ibu Mukriyati, untuk
sementara sepertinya akan saya lakukan pengalihan alokasi dana dari.Bp.Sukirno
kepada Ibu Mukriyati. (Mohon tanggapan Bp.Burhan mengenai hal ini, berkaitan
dengan kinerja Sdr.Sukirno yang tidak /kurang menampakkan hasil. Kondisi
ekonomi Sdr.Sukirno jauyh lebih sejahtera dari ibu Mukriyati, bahkan dia sudah
mendapat bantuan kambing dari Bp.Burhan.
3.
Mengunjungi Majlis
Taklim Ustadz.Wahyudi, (Senin malam Tgl 01 juni jam 20an ) di
desa Brongkol dan bersilaturahim dengan ibu-ibu , kesimpulan : Ibu-ibu
baca Al-Q metode Syakifa , hasilnya agak lebih baik dari ibu-ibu yang berada di
Lokasi Manukan, Jepitu.Girisubo.
4.
Mengunjungi Bp.Siman di
Nglindur, seorang Tokoh Nahdyin, (blm dimasukkan ke penerima dana bantuan
operasional). Sedang membina beberapa muallaf dan menciptakan suasana damai
dengan penduduk setempat yang masih belum mengenal agama dan harus menghadapi
kerja para missionaris yang merayap diam-diam)
5.
Mengunjungi muallaf :
Ibu Ngadinem di lokasiSdr.Giatno, di lokasi yang sekelilingnya masih agama
strip (begitu istilah sdr,Giatno. (Baru diajukan bersamaan dengan Bp.Siman)
6.
Lokasi da’i yang
lainnya belum terjangkau untuk dikunjungi.
7.
Laporan lainnya : Kami
tidak berhasil melihat Buku Kas, tetapi mendapat secarik kertas berisi rincian
dana dari Bp.Burhan yang periode Rp.10.000.000,- kemarin itu. Mungkin laporan
dan rinciannya dari Sdr.Sarjono sudah dikirimkan pada Bp.
Sekian yang dapat saya laporkan
pada Bp. Sebagai donatur mereka, dan saya membuat laporan ini atas tugas yang
bp.berikan pada saya dan Bu Nani. Mohon maaf atas kekurangannya.
Jakarta,
06 Juni 2015
Catatan
;
Mohon ijin untuk mengalihkan
alokasi dana untuk satu/dua da’i
yang dinilai di lapangan kurang
menampakkan hasil pada penyampaian pembelajarannya pada ibu-ibu. Tidak bisa
memotivasi agar ibu-ibu semangat. Kalau ditanya kenapa begitu; ibu-ibunya
menjawab : Sibuk ke Ladang, atau
Pengajarnya ceramah di lain tempa.
Ada komplen?, silahkan inbox.
ReplyDeleteBila ada ancaman fisik dari fihak sebrang (non muslim), silahkan melapor kepada pimpinan redaksi blogg ini.
ReplyDeleteMohon kerjasama yang baik dan lillahi taala dari para da'i untuk melaporkan perkembangan/kegiatan dari fihak seberang agar kita semua (Orang-orang Muslim) yang sedang berjuang di jalan dakwah tidak merasa takut atas ancaman mereka.Bukankah kita bergerak di jalan Allah? dan tidak menyalahi hukum?...Bukankah kita sedang berjuang untuk memuliakan Islam? mengangkat harkat derajat orang Islam agar bangkit dari keterpurukkan dan keterbelakangan?Agar segera bangkit dari kemiskinan dan kebodohan? Tunjukkan pada mereka (non muslim) bahwa kita PUNYA HARGA DIRI.Berdakwah bukan harus menyebar proposal untuk meminta dana, tetapi mengajak....,Mari berdakwah dengan harta, bagi yang sudah lebih dulu diberi rejeki yang berlebih. Terimakasih kepada para muslim yang telah terketuk hatinya untuk saudar-saudara kita di Gunungkidul.
ReplyDeletema'assalaamah wa barokalloh,
ReplyDeleteuntuk poin (1),
"sdh lebih baik bacaannya",yg dimaksud bacaan latin barangkali ya,
karena waktu itu tidak mendengar dan memang blm ada kesempatan baca Al Qur'an satu per satu,sehingga belum bisa menyimpulkan sejauh mana kemampuan baca Al Qur'annya,
lain waktu diagendakn khusus untuk menyimak bacaan Al Qur'an dari para pembimbing di lapangan,yg terbaik bisa mnjadi pembimbing baca Al Qur'an para kader dlm setiap pertmuan yg sdh ditntukn waktunya.
kecakapan instruktur/pembimbing dalam penerapan metode pembelajaran,baik itu iqro atau tsaqifa juga mempengaruhi pada perkembangan pembacaan Al Qur-an,untuk itu menjadi penting bagi para pembimbing terlebih dahulu memahami metodenya,penyampaian secara privat kpd yg dibimbing memang bervariasi karena disesuaikan dgn daya tangkap masing.
'afwan, ini sekedar gambaranbl yg berangkali bisa diterapkan pada periode kunjunga selanjutnya,menganai pelaksanaannya tetap disesuaikan dg kondisi di lapangan.
dari pengalaman kemaren,tidak bisa sepenuhnya terlaksana sesuai yg direncanakan sejak awal,
salam.
kunjungan ke baros lor diluar agenda,karena memang sambil menunggu pelaksanaan yg sdh diagendakan (yg akhirnya memang batal),
ReplyDeletebagaimana tnggapan mba erna tentang kunjungan singkat ke baros lor?
barangkali ada gambaran trntang masyarakatnya dan kondisi masjidnya yg sempat dikunjungi?
tentang "lillah"
ReplyDeletepenting difahamkan ma'na yg sesungguhnya agar tidak sebatas ucapan semata.
namun dari pemahaman yg baik lalu tergerak untuk ber'amal dg baik yg lahir dari hati yang baik sehingga mewujudkan kerjasama yang baik.
selama berproses tidak selalu sesuai yang diinginkan,karena sesungguhnya ALLOH memiliki pesan yg masih rhasia untuk kita,agar kita terus bergerak, terus belajar, terus berusaha membela agamaNYA hingga akhir hayat, dan pesen itu baru terbaca ketika menjelang atau akhir dari setiap tahap usaha kita, hikmahnya, adalah untuk meningkatkan derajat kita,
wallohu a'lam bishshowab
Kalau mau jujur ; Dari duapuluh orang, ambil sample 10..., dari sepuluh pun....bacaannya BELUM ADA YANG BENAR. Bukan masalah dialek, tetapi kan...bahasa Al-Qur'an semua sama.(harus disamakan cara baca mahrojul hurrufnya). Sepertinya harus mendatangkan guru dari luar karena kita belum bisa menunjuk seseorang untuk mengajari temannya.
ReplyDeleteKalau seperti itu.....siapa yang bertanggungjawab ya?
ReplyDeletePost a Comment